Seputar Pertanian

Burhan-'sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplier effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu sangatlah tepat bila salah satu agenda pembangunan ekonomi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah Revitalisasi Pertanian.

Di Indonesia sejak dilaksanakan pembangunan pertanian, telah diterapkan beberapa sistem pengembangan pertanian berskala usaha baik untuk komoditi pangan maupun non pangan. Jika dikaji lebih jauh tujuan dan sasaran “sistem pengembangan” yang pernah diterapkan di sektor pertanian, pada hakekatnya adalah pengembangan sektor pertanian (dalam arti luas) secara menyeluruh dan terpadu, yakni tidak hanya peningkatan produksi, tetapi juga pengadaan sarana produksi, pengolahan produk, pengadaan modal usaha dan pemasaran produk secara bersama atau bekerjasama dengan pengusaha. Sistem pengembangan sektor pertanian semacam ini, jika menggunakan istilah sekarang, tidak lain adalah pengembangan pertanian berdasarkan agribisnis, atau dengan kata lain pengembangan agribisnis.

Kualitas dan kuantitas sumbar daya manusia khususnya generasi muda yang semakin menurun mangakibatkan system produksi pertanian menurun. Hal ini berdampak generasi muda yang berpendidikan tinggi kurang tertarik memesuki pasar tenaga kerja sector pertanian holtikultura padahal kontribusi mereka sangat potensial dan dibutuhkan . kenyataannya mengenai minimnya minat generasi muda di sector pertanian holtikultura harus diantisipasi sedini mungkin untuk regenerasi sumber daya manusia pertanian dimasa yang akan dating.

Bidang pertanian pada umumnya di Indonesia memang belum memberikan nilai tambah yang tinggi baik bagi pendapatan, kesejahteaan serta bagi pengembangan karir. Dengan kata lain, bekerja di bidang pertanian agak sulit memproyeksikan masa depan. Sehingga sulit bagi para pemuda untuk menekuninya karena hal yang tak menjajikan tersebut.

Kebijakan pemerintah di bidang pertanian belum mengarah kepada pembinaan calon-calon agribusinessman yang kreatif. Banyak calon mahasiswa yang belum tahu bagaimana prospek agribisnis jika ditekuni dengan menggunakan kombinasi keilmuan dan keahlian lapangan (manajemen) yang baik. Banyak juga agribusinessman yang bahkan lebih sukses dari mereka yang bekerja di bidang lain.

Pada pedesaan generasi muda biasanya dilahirkan dan dibesarkan oleh kaum tani, tetapi tidak jarang generasi muda tersebut enggan dalam melanjutkan profesi orang tua mereka untuk menjadi petani. Mereka lebih cenderung untuk memilih pekerjaan ‘non tanah’ sebagai sumber penghidupan mereka. Sebagaimana misalnya menjadi buruh pabrik, kuli bangunan, atau tukang ojek. Sebagian besar mereka malah berfikiran untuk mengadu nasib dikota-kota besar yang sudah jarang adanya aktifitas pertanian seperti Kota Jakarta, hal tersebut dapat kita lihat pada pasca lebaran yang menyebabkan banyaknya urbanisasi warga desa ke kota.

Generasi muda adalah generasi penerus bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu profinsi yang memiliki lahan pertanian cukup luas dan memiliki generasi muda yang cukup potensial untuk bekerja di sektor pertanian. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota pelajar, diharapkan mampu mempersiapkan generasi muda yang handal di sektor pertanian.