Jumat, 25 Maret 2011

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT




Proses penggilingan gandum menjadi tepung dikenal sebagai salah satu industri tertua di dunia dan hingga saat ini telah dikembangkan secara independen di beberapa lokasi di dunia. Tepung terigu atau yang dahulu sering disebut tepung terigu putih diketahui pertama diproduksi di Hungaria dan Jerman pada abad ke-18. Tepung tersebut diproduksi dengan menggunakan “stone mill”. Tentu saja dunia modern sekarang telah merubahnya. Penggilingan tepung telah menggunakan teknologi muktahir “mill rollers”
Pengguna akhir dari tepung terigu termasuk untuk mie, pasta, roti, biscuit, cake, pastry, dan tidak ketinggalan produk sampingannya yaitu dedak gandum. Dedak gandum adalah bahan baku berkualitas tinggi untuk makanan ternak.
Industri tepung terigu di Indonesia dimulai dari pendirian perusahaan penggilingan terigu pertama yaitu PT Bogasari Flour Mills pada tahun 1971. Sebelum Bogasari didirikan, Indonesia mengimpor seluruh kebutuhan tepung terigu-nya. Lama-kelamaan disadari bahwa terigu yang tiba di pelabuhan Indonesia sering mengalami penurunan kualitas, seperti berkutu atau bau “apek” akibat waktu yang cukup lama selama perjalanan. Kondisi dan kandungan gizi tepung terigu tersebut menjadi tidak optimal lagi dibandingkan jika terigu tersebut dapat diproduksi sendiri di Indonesia.
Industri terigu di Indonesia sendiri dipacu oleh beberapa faktor yaitu:

Peningkatan kesadaran bahwa tepung adalah makanan yang sehat dan bergizi

Peningkatan konsumsi makanan berbasis terigu

Alternatif diversifikasi pangan

Kesadaran bahwa lebih baik memproduksi sendiri tepung terigu di Indonesia untuk menjaga kualitas dan kandungan gizi tepung terigu-nya

Pada saat sekarang, telah ada empat industri terigu nasional yang beroperasi di Indonesia. Walaupun demikian konsumsi tepung terigu per kapita di Indonesia baru mencapai + 15 kg / kapita (2002); masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara lain seperti misalnya Singapura yang mencapai + 71 kg /kapita atau Malaysia + 40 kg /kapita. Pertumbuhan yang berkelanjutan masih sangat memungkinkan bagi industri terigu di Indonesia.

1.      LATAR BELAKANG

Produksi global gandum saat ini mencapai hampir 600 juta ton, sedangkan yang diperdagangkan di dunia mencapai 100 juta ton setiap tahun-nya. Di Asia, tanaman ini adalah yang kedua terbesar setelah padi tetapi pertambahannya lebih cepat dibandingkan padi. Asia merupakan yang terbesar dalam hal luasan dan hasil pada tahun 1992-1994 memberikan konstribusi 67% dari total produksi negara-negara berkembang (39% di Cina, 19% Asia Barat samapi Afrika Utara, 7% di Amerika Latin dan Karibia, serta kurang dari 1% di Sub-Sahara Afrika). Pada periode tersebut (1992-1994) konstribusi negara berkembang adalah 45% dari produksi gandum dunia (551 juta mt) atau 46% dari total luas pertanaman gandum dunia (219 juta ha). Kebutuhan gandum meningkat pesat setiap tahunnya, 5.1% di Sub-Sahara Afrika dan rata-rata sebesar 2.9% di daerah lainnya. Kebutuhan akan gandum di Indonesia relatif besar yang selama ini hampir seluruhnya dipenuhi oleh impor. Dalam kondisi perekonomian saat ini serta nilai tukar rupiah yang rendah, pemenuhan kebutuhan gandum dalam negeri melalui impor sangat memberatkan Dampak kenaiakan harga gandum telah berdampak luas khusus-nya pada industri yang menggunakan bahan-baku gandum, sedangkan pola konsumsi makanan akibat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi beberapa tahun lalu mengakibatkan kebutuhan gandum yang makin tinggi dari tahun ke tahun Pada tahun 1973 volume impor gandum hanya sebesar 600.000 ton yang kemudian naik lebih dari dua kali lipat dalam waktu sepuluh tahun (tahun 1983) atau sebesar 1.48 juta ton. Dengan laju kenaikan rata-rata sebesar 9.5% tersebut maka pada pada awal tahun 1997 sebelum krisis ekonomi kebutuhan gandum diperkirakan sekitar 4.84 juta ton/tahun. Sedangkan jumlah kebutuhan yang relatif besar tersebut serta kemampuan impor yang rendah, maka prospek pengembangan tanaman gandum di Indonesia akan mempunyai peluang ekonomi yang tinggi. Di samping itu periode penanaman gandum di Indoenesia lebih singkat (3-4 bulan) dibandingkan di daerah lintang tinggi (6 bulan dan hanya sekali setahun), sehingga pengusahaan tanaman gandum di Indonesia dapat dilakukan lebih dari sekali setahun jika kondisi lingkunan khususnya hujan memungkinkan. Energi radiasi surya pada sebahgian besar wilayah bukan merupakan faktor pembatas di Indoenesia dibandingkan daerah lintang tinggi yang pertumbuhan tanaman efektif khususnya hanya terjadi pada musim panas. Strategi Penanaman Gandum di Indonesia Perencanaan pengembangan gandum di Indonesia memerlukan beberapa pertimbangan termasuk aspek-aspek sosial-ekonomi dan tehnis, yang dapat dibagi menjadi empat hal yaitu:

http://www.bogasariflour.com/images/dot2.gif
Permintaan akan produk gandum
http://www.bogasariflour.com/images/dot2.gif
Sarana dan Tehnologi Pengelolaan gandum
http://www.bogasariflour.com/images/dot2.gif
Perwilayahan dan tehnologi budaya gandum
http://www.bogasariflour.com/images/dot2.gif
Dukungan kelembagaan dan sosial
PROYEK GANDUM 2000 Proyek gandum 2000 disponsori oleh PT ISM Bogasari Flour Mills merupakan penelitian yang mempelajari kemungkinan pengembangan gandum di Indonesia sebagai bagian dari strategi pengembangan gandum (pewilayahan gandum). Berdasarkan penelitian ini akan dipetakan wilayah-wilayah yang potensial untuk penanaman gandum jika tanaman ini memang layak untuk dikembangkan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu: (1) penggunaan model simulasi komputer untuk tanaman gandum (Shierary-wheat) yang menjelaskan hubungan pertumbuhan tanaman dengan unsur-unsur cuaca serta beberapa sifat fisik dan nitrogen tanah sebagai dasar perwilayahan, dan (2) percobaan lapang untuk melakukan validasi model yang akan digunakan sebelum diterapkan pada skala luas. Percobaan lapang dilakukan pada lima lokasi yang mempunyai perbedaan iklim khusus-nya unsur suhu udara, yaitu di Mojosari (+10m), Bogor (+300m), Malang (+450m), Nongkojajar (+800m), dan cangar (+1650 m) Model Simulasi komputer yang digunakan menggunakan masukan data cuaca harian yang terdiri dari radiasi surya, suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin serta curah hujan. Untuk itu pada masing-masing lokasi dipasang stasiun cuaca otomatis (Automatic Weather Station) seperti pada gambar di samping. Pertumbuhan tanaman dan hasil gandum dihitung dan hubungan kuantitatif antara faktor genetik tanaman ddengan unsur-unsur cuaca sebagai masukan model. Sifat fisik tanah mempengaruhi ketersediaan air dan nitrogen yang kemudian mempengaruhi proses fotosintesis tanaman. Keluaran model berupa hasil gandum (ton/ha) selanjutnya dipetakan sebagai dasar perwilayahan. Hasil perwilayahaan sementara berdasarkan model simulasi tanaman tersebut menunjukkan bahwa tanaman gandum lebih potensial ditanam pada dataran tinggi. Namun jika waktu tanam tidak dilakukan secara hati-hati, tanaman akan mengalami kekeringan.  
Bogasari mendirikan Kelompok Wacana Mitra lembaga khusus membina pengusaha kecil. Kelompok ini terjun langsung memberikan latihan dan penyuluhan bagaimana mengelola usaha kecil, etika bisnis, administrasi keuangan, kualitas produk, dan pengetahuan lainnya. Diterbitkan pula buletin Wacana Mitra untuk memberikan edukasi, dorongan dan semangat kepada pengusaha kecil melalui artikel-artikel yang dimuat. Misalnya tulisan tentang keberhasilan pengusaha Mie Kocok Bandung, atau pengusaha roti bantal dan sebagainya.
Bogasari adalah satu dari empat produsen terigu dengan omset pertahun mencapai Rp lima trilyun. Tiga lainnya PT Sriboga, PT Panganmas, dan PT Berikari. Sebagai produsen terbesar, pangsa pasar terigu yang tiap tahun bertambah lima hingga sepuluh persen itu sekitar 70 persen dikuasai oleh Bogasari. Pertambahan pangsa pasar terigu nasional antara lain dipicu oleh semakin besarnya masyarakat untuk mengkonsumsi makanan bukan nasi seperti roti, mie, kue, biskuit, demikian pula maraknya kemunculan restoran cepat saji (fastfood) yang menawarkan aneka jenis makanan seperti burger, hot dog, pizza, kebab, donat yang sebagian besarnya berbahan baku terigu.
Bogasari yang pendiriannya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 19 Mei 1971, itu dimaksudkan untuk mengolah biji gandum menjadi tepung terigu. Pabrik pertama dibangun di kawasan pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta di atas tanah 10 hektar dengan kapasitas olah 9.500 ton gandung perhari, pabrik kedua didirikan di lokasi pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya diresmikan pada 1972 dengan kapasitas olah 5.000 ton gandum perhari. Total mempekerjakan 4.000 orang karyawan, jadilah Bogasari industi terigu terbesar di Indonesia.
Menarik mencermati kuatnya penguasaan pasar oleh Bogasari. Ada yang menuding, sejak awal perusahaan ini telah memperoleh “lisensi” monopoli. Apalagi, mengingat kedekatan Pak Harto dengan Om Liem sejak sama-sama di Semarang. Namun Frangky Welirang menyatakan berbeda. Menurut Frangky, industri ini memang harus memiliki kekuatan. Toh, kata Frangky, Bogasari bukanlah satu-satunya industri terigu dan ketiga industri lain itu diberi kesempatan sama untuk berkembang.
“Namun, soal strategi penjualan dan kualitas produksi belum tentu sama. Kita memiliki cara sendiri-sendiri. Pasar juga menentukan siapa yang terbaik,” jelas Franciscus Welirang. Dia mencatat ada beberapa hal yang membuat Bogasari unggul. Misalnya, strategi pembentukan jaringan pemasaran dan penjualan yang jauh lebih baik dibanding tiga pesaing, kekuatan modal yang memberi pengaruh signifikan terhadap keberhasilan pemasaran, serta kualitas produksi dan strategi promosi yang membuat produk Bogasari laku terjual di pasar.

0 komentar:

Posting Komentar